Senin, 11 Juni 2012

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMK Otomotif Sistem Pengisian


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah                  :  SMK N 2 Yogyakarta
KompetensiKeahlian        : Teknik Kendaraan Ringan
Mata Pelajaran                 :  Otomotif Lanjut
Kelas/Semester                :  XI TKR 1 / 1
Pertemuan Ke                  :  5
Alokasi waktu                  :  1 x 15 menit
KKM                                 : 75
Standar Kompetensi        : Merawat Sistem Pengisian
Kompetensi Dasar           : Merawat Alternator
Indikator                          :
1.     Menjelaskan Kondisi Alternator
A.    Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan:
1.   Peserta didik dapat menjelaskan kondisi alternator apakah masih dalam keadaan baik atau tidak.
B.    Materi Ajar
1.   Gambar rangkaian kelistrikan sistem pengisian
2.   Cara kerja sistem pengisian
C.    Metode Pembelajaran :
·     Ceramah
D.    Langkah – langkah Pembelajaran :
PERTEMUAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
WAKTU
PENDAHULUAN
1.     Mengawali kegiatan dengan salam dan berdoa.
2.     Menyampaikan SK, KD, dan tujuan pembelajaran secara runtut.
3.     Melakukan apersepsi terhadap materi pelajaran mengenai kerusakan dan akibat dari sistem pengisian yang tidak bekerja dengan normal.
3 menit
INTI
Eksplorasi
a.     Peserta didik menyimak penjelasan dari guru mengenai cara kerja sistem pengisian konvensional.
b.   Peserta didik menyimak penjelasan
Elaborasi
a.     Guru memberikan pertanyaan–pertanyaan kuis disela-sela penjelasan materi
Konfirmasi
a.     Peserta didik melihat, mengamati dan mengukur langsung alternator yang sudah dipersiapkan sebelumnya.








10 menit



PENUTUP
a. Menyimpulkan materi yang telah dijelaskan
b. Guru memberikan tugas dan memberitahukan materi pada pertemuan yang akan datang
c.  Berdoa dan salam penutup
2 menit



D.    Sumber belajar
1.     Modul
2.     Internet
E.    Penilaian
1.     Tes teori (tertulis)
F.    Soal
1.     Tes kompetensi Teori
a.     Jenis                           :  Tes Tertulis
b.     Soal Evaluasi               :
Soal Esai :
1.     Jelaskan fungsi sistem pengisian pada sebuah kendaraan!
2.     Jelaskan cara kerja sistem pengisian!
Kunci jawaban :
1.     Sistem pengisian berfungsi untuk Mengisi arus listrik ke battery, serta memberikan suplay arus listrik ke system kelistrikan setelah mesin hidup.
2.     Prinsip kerja dari sistem pengisian dengan regulator tipe konvensional terbagi menjadi empat bagian, yaitu pada saat kunci kontak ON mesin belum hidup, mesin hidup putaran lambat, putaran sedang, dan putaran tinggi. Berikut dijelaskan cara kerja sistem pengisian tipe konvensional.
Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup :
b.     Arus mengalir dari baterai ke Fusible link (FL), ke kunci kontak (KK) ke fuse ke Charge Warning Lamp (CWL) ke L ke P0 ke P1 ke massa. Akibatnya lampu pengisian menyala.
c.     Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL ke KK ke fuse ke Ig ke Pl1 ke Pl0 ke terminal F regulator ke F alternator ke rotor coil (RC) ke massa. Akibatnya pada RC timbul medan magnet.
Mesin hidup putaran rendah
a.     Tegangan dari terminal N alternator mengalir ke N regulator , ke kumparan voltage relay, ke massa. Akibatnya pada kumparan voltage relay timbul meda n magnet, sehingga terminal P0 tertarik dan menempel dengan P2. Akibatnya lampu pengisian menjadi padam karena tidak mendapat massa.
b.     Output dari SC disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus searah (DC) kemudian mengalir ke B alternator kemudian ke baterai. Terjadi pengisian baterai.
c.     Arus dari terminal B juga mengalir ke B reg ke P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator ke massa. Akibatnya terjadi medan magnet pada kumparan voltage regulator.
d.     Karena putaran rendah, tegangan output alternator cenderung rendah. Bila tegangan B kurang dari 13,8 medan magnet pada kumparan voltage regulator lemah dan Pl0 tetap menempel ke Pl1 (karena adanya pegas pada Pl 0).
e.     Akibatnya arus yang besar mengalir dari IG , ke Pl1, ke Pl0, ke F regulator, ke F alternator ke RC ke massa, maka arus yang mengalir ke RC besar dan medan magnet pada RC kuat. Jadi, meskipun putaran lambat, output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet pada RC kuat.
Mesin hidup putaran sedang
a.     Bila putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator di terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B reg ulator ke P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator, ke massa.
b.     Akibatnya, medan magnet pada kumparan voltage regulator menjadi makin kuat dan menarik Pl0 sehingga lepas dari Pl1 (Pl0 mengambang).
c.     Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke Ig ke resistor (R) ke F regulator ke F alternator ke RC ke massa. Kemagnetan pada RC melemah karena arus melewati resistor.
d.     Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran naik ke putaran sedang sehingga output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai (tegangan antara 13,8 sampai 14,8 volt).
Mesin hidup putaran tinggi
a.     Bila putaran naik menjadi putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B alternator akan cenderung makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8 volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator semakin kuat sehingga kontak Pl0 tertarik dan menempel dengan pl2.
b.     Akibatnya arus yang berasal dari Ig mengalir ke R ke Pl0 ke Pl2 ke massa (tidak mengalir ke RC). Hal ini menyebabkan medan magnet pada RC drop.
c.     Output dari terminal B alternator menjadi turun. Bila tegangan output kurang dari tegangan standar (13,8 – 14,8 V) maka kemagnetan pada voltage regulator melemah lagi, sehingga Pl0 lepas lagi dari Pl2.
d.     Arus dari Ig ke R kembali mengalir ke RC ke massa, sehingga medan magnet pada RC kembali menguat sehingga tegangan output alternato r naik lagi.
e.     Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya berulang ke proses no 13 di atas secara berulang -ulang dan Pl0 lepas dan menempel dengan Pl2 secara periodik sehingga output alternator menjadi stabil.

G.   Penilaian
No
Soal
Bobot
1
Jelaskan fungsi sistem pengisian pada sebuah kendaraan!
30 %
2
Jelaskan cara kerja sistem pengisian!
70 %
Jumlah
100 %

H.    Lampiran
Memeriksa Kondisi Alternator
Melepas alternator dari mesin
Sebelum membongkar alternator, maka alternator harus dilepas dulu dari mesin. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melepas alternator pada mesin adalah sebagai berikut.
1.     Lepas kabel pada terminal negatif baterai.
2.     Lepas terminal-terminal yang ada pada alternator. Untuk alternator dengan regulator konvensional lepas terminal B, dan soket terminal E, F, dan N (dan A jika terdapat terminal A). Untuk tipe regulator IC lepas terminal B dan terminal lainnya (S, L, dan IG).
Gambar 1. Melepas terminal B dan soket pada alternator
3.     Lepaskan sabuk (tali kipas) penggerak alternator dengan terlebih dahulu mengendorkan dan melepas baut penyetel ketegangan tali kipas dan menekan alternator ke arah mesin sehingga tali kipas kendor dan mudah dilepas.
Gambar 2. Melepas tali kipas
4.     Bongkar alternator dengan langkah-langkah seperti diuraikan pada bagian berikut ini.
5.     Pemeriksaan pendahuluan
Sebelum melakukan pembongkaran, ada baiknya melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk mengetahui keadaan umum dari alternator yang akan dibongkar. Beberapa pemeriksaan pendahuluan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan jika ada suara yang tidak normal pada alternator saat alternator diputar, dan pemeriksaan hubungan pada beberapa terminal yang ada pada alternator.
a.      Pemeriksaan suara tidak normal
Pemeriksaan ini dapat mengetahui kondisi bantala n (bearing). Jika bersuara kasar saat puli diputar, atau putaran terasa berat maka bearing sudah rusak. Pengetesan ini juga dapat mengetahui kondisi sikat dan slip ring.
Gambar 3. Memutar alternator untuk menguji suara tidak normal
b.      Mengetes hubungan antar terminal.
Pengujian ini dapat mengetahui kondisi kumparan rotor, dan dioda. Untuk menguji kumparan rotor, lakukan pengujian dengan menggunakan ohmmeter antara terminal F dan terminal E alternator. Kedua terminal tersebut harus ada hubungan dengan nilai tahanan sekitar 4 ohm. Jika tidak terdapat hubungan maka kemungkinan kumparan rotor terbuka (putus) atau kontak antara sikat dan slip ring tidak baik. Kaki-kaki ohmmeter dalam pengujian ini tidak harus pada posisi tertentu (dapat dibolak balik antara terminal E fan F).
Gambar 4. Pengujian hubungan kumparan rotor
Kondisi dioda dapat dideteksi dengan pengujian pendahuluan ini juga. Pengujian pada dioda positif dilakukan dengan menggunakan ohmmter dan mengecek hubungan antara terminal B dan N. (1) Hubungkan kaki positif ohmmeter (analog) ke terminal B dan kaki negatif ke terminal N. Jika dioda normal, maka jarum ohmmeter akan menunjuk pada nilai tahanan tertentu. (2) Balikan posisi kaki ohmmeter terhadap terminal yang diuji, maka tidak terdapat hubungan antara kedua terminal tersebut. Kedua hasil pengujian tersebut menunjukkan dioda dalam kondisi baik. Apabila hasil pengukuran tidak sesuai dengan hasil pada langkah (1) dan (2), maka dioda rusak. Catatan : Jika pengukuran menggunakan ohm meter digital, jika dioda dalam keadaan baik, maka pada pengujian (1) hasilnya ohmmeter tidak menunjuk dan pada pengujian (2) ohm meter akan menunjukan adanya hubungan.
Gambar 5. Pengujian diode positif pada alternator
Pengujian pada dioda negatif dilakukan dengan menggunakan ohmmter dan mengecek hubungan antara terminal E dan N. (1) Hubungkan kaki positif ohmmeter (analog) ke terminal N dan kaki negatif ke terminal E. Jika dioda normal, maka jarum ohmmeter akan menunjuk pada nilai tahanan tertentu. (2) Balikan posisi kaki ohmmeter terhadap terminal yang diuji, maka tidak terdapat hubungan antara kedua terminal tersebut. Kedua hasil pengujian tersebut menunjukkan dioda dalam kondisi baik. Apabila hasil pengukuran tidak sesuai dengan hasil pada langkah (1) dan (2), maka dioda rusak.
Gambar 6. Pengujian diode negative pada alternator

0 komentar:

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template